Dari Ternate Indonesia Bermula

Dari Ternate Indonesia bermula, judul ini menukil dari buku yang di tulis oleh Des Alwi yang berjudul ” dari Banda Indonesia bermula” .

ya… asal usul Indonesia konon berasal dari kawasan kepulauan Maluku. Dahulu kala saat nusantara masih berupa kerajaan-kerajaan kecil, pelaut Eropa (Portugis, Spanyol ,Belanda) berlayar menuju perairan Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan dagang ini pada awalnya berjalan cukup baik hingga pada akhirnya muncul ketamakan para pedagang asing untuk menguasai kekayaan alam Nusantara. Dari sinilah muncul perlawanan Bangsa Indonesia mereka membentuk kesatuan untuk melawan penjajah dan akhirnya terciptalah Negara Indonesia. Jika tidak ada perdagangan rempah-rempah di Maluku, mungkin hingga saat ini Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh nusantara.

Ternate merupakan satu di antara beberapa pulau yang masuk dalam gugusan kepulauan Maluku Utara. Di Pulau ini berdiri kerajaan Islam Ternate berdampingan dengan kerajaan Tidore. Di pulau ini juga Ridho Slank pernah tinggal, sebelum merantau ke Jakarta dan  menjadi musisi terkenal..

Perjalanan menuju Ternate dapat ditempuh dengan beberapa maskapai.  Ada penerbangan langsung ke Ternate, namun kebayakan singgah di Manado. Dari Manado perjalanan ditempuh dengan menggunakan pesawat twin otter atau pesawat baling-baling. Ada keuntungan yang didapatkan kalau mengambil transit penerbangan lewat Manado yaitu kita dapat melihat beningnya perairan di gugusan kepulauan Bunaken.

DSC_0634
beningnya laut dilihat dari pesawat twin otter

Saat tiba di Bandara Babullah di Ternate kita akan disuguhi oleh pemandangan bandara yang berlatar Gunung Gamalama. Gunung Gamalama terlihat anggun dengan awan yang selalu menutupi puncaknya.

DSC_0637
Bandara Sultan Babullah Ternate
DSC_0638
Gunung Gamalama yang puncaknya selalu tertutup awan

Dari bandara kita bisa menyewa mobil dengan tarif Rp. 400.000,-/hari yang bisa mengantar kita menjelajahi kota Ternate. Kota Ternate terletak di pinggiran Gunung Gamalama. Dengan kontur naik turun menjadikan kota ini cukup unik. Kita mesti menenpuh jalur naik dan turun untuk mengelilingi pulau. Dahulu kala Sultan dan pegawai Kesultanan melakukan tawaf keliling pulau untuk keselamatan Kesultanan Ternate, namun sekarang sudah tidak dilakukan mengingat usia Sultan yang sudah cukup uzur.

Ada beberapa pilihan hotel untuk tinggal di Ternate dengan tarif yang cukup beragam, berkisar antara Rp. 300.000,- s/d Rp. 600.000,-. Ada yang menyajikan view Gunung Gamalama, ataupun view pantai. Namun saya merekomendasikan Hotel Boulevard yang terletak dekat dengan masjid terapung Ternate. Selain viewnya bagus (Pantai) juga dekat dengan pusat keramaian (Ternate Mall dan pusat jajanan).

Malam hari kita dapat berkeliling berbelanja jajanan khas Ternate. Berbagai olahan ikan, Coto, tersedia di pusat jajanan depan hotel yang dikenal dengan kawasan Tapak.

Untuk camilan kita bisa memesan pisang goreng mulut bebek dengan minuman gorakka.  Pisang mulut bebek, adalah jenis pisang khas daerah ini. Satu buah pisang yang tidak terlalu batang, dibelah menjadi dua atau tiga bagian. Rasanya renyah dan tidak terlalu manis, dan mirip-mirip sukun goreng. Uniknya, pisang ini dihidangkan dengan  sambal tore, sambal khas Ternate yang dicampur dengan ikan asin sebagai pelengkap cocolannya, lalu ada juga kacang goreng dan ikan teri.  Sambal unik yang hanya tersedia di Ternate.

Minuman gorakka sendiri adalah minuman dari air gula aren dicampur jahe dan diberi kadang kenari, sangat nikmat dinikmati di dinginnya suasana pantai.

DSC_0764

Paginya siap untuk mengeksplor kota Ternate. dimulai dari pelabuhan perikanan rakyat Ternate, kita dapat melihat Kapal ikan warna warni, hiruk pikuk nelayan yang mendaratkan ikannya, atau iseng mengamati lelang ikan yang riuh. Tidak seperti konotasi pelabuhan ikan yang kumuh dan bau, pelabuhan Ternate cukup bersih dan teratur.Kita juga bisa membeli ikan perairan Ternate seperti cakalang dan tuna.

DSC_0671
Armada penangkapan tuna dengan pompom boat
DSC_0673
Para nelayan mempersiapkan logistik untuk menangkap ikan
DSC_0647
Perahu bercadik, armada nelayan tradisional

dekat pelabuhan perikanan ada pelabuhan penyeberangan umum. pelabuhan ini untuk menyeberangkan barang dan orang ke Manado dan pulau-pulau di kawasan Maluku Utara seperti Pulau Tidore, Obi, dan Bacan. Pulau-pulau penghasil batu permata bernilai tinggi.

DSC_0700
Kapal fery menuju Pulau Obi
DSC_0705
Sepasang wisatawan asing menunggu kapal penyeberangan

Jika hobi memancing kita dapat juga menghabiskan waktu untuk memancing di dermaga pelabuhan. Laut ternate masih cukup sehat, sehingga kita tidak perlu jauh ke perairan untuk mendapatkan ikan.

DSC_0687
Hasil mancing masyarakat lokal
DSC_0685
Laut Ternate yang sangat bening dan jernih

Kala siang menjelang dan perut mulai terasa lapar ada beberapa restoran yang menyajikan hidangan untuk mengisi perut. Beberapa restoran menyajikan view yang cukup indah. seperti restoran tempat makan siang saya yang “menjual” view pulau Ternate dan Pulau Maitara. Kita mungkin tidak asing dengan view ini. Pemandangan ini memang di abadikan pada uang pecahan Rp. 1000,-, sehingga sekarang Pulau Maitara lebih dikenal dengan pulau seribu.

DSC_0719
Pondok makan dengan view laut dan Pulau Maitara
DSC_0716
Pulau Maitara yang keindahannya di abadikan dalam uang Rp. 1000,-

Sore hari adalah saat yang tepat untuk wisata history, selain itu juga untuk menghindari panasnya udara kota Ternate. Tempat yang wajib dikunjungi adalah Istana Sultan Ternate. Istana ini berisi benda-benda kerajaan yang bernilai historikal tinggi. Di depan istana terdapat tiga bendera, yaitu bendera merah putih, bendera kerajaan, dan bendera kuning. Apabila bendera kuning ini berkibar tandanya Sultan sedang berada di Istana.

DSC_0754
Istana Sultan Ternate

Disamping Istana terdapat Masjid kesultanan Ternate. Ada aturan unik jika ingin masuk mesjid ini, yaitu kita tidak boleh mengenakan sarung, alias harus bercelana panjang.

DSC_0762

DSC_0760
Masjid Sultan Ternate

Setelah itu kita bisa mengunjungi benteng Tolukko. Benteng yang pada awalnya bernama Santo Lucas ini dibangun oleh seorang panglima Portugis bernama Francisco Serao. Nama Tolukko sendiri berasal dari nama pengusa kesepuluh yang duduk di singgasana Ternate yaitu Kaicil Tolukko. Benteng ini dibangun sebagai pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang saat itu bekerjasama dengan Tidore.

Saat itu Ternate sedang bersaing dengan Tidore dalam hal penjualan rempah-rempah. Kedatangan Portugis yang membutuhkan rempah-rempah disambut gembira Ternate, karena pada saat yang sama Tidore telah bersekutu dengan Spanyol. Ternate pun mengizinkan Portugis mendirikan benteng. Benteng ini pernah dibakar masyarakat ternate lewat Pimpinan Dajalo, karena Portugis ternyata berubah, dan berbuat ulah dengan mengusulkan monopoli perdagangan dengan harga terlalu murah. Namun pada akhirnya mereka berdamai kembali.

Benteng ini juga dijadikan sebagai tempat untuk menggiring rakyat yang melarikan diri dari serangan Spanyol agar mau kembali tinggal di tempat ini. Saat itu sebagian besar rakyat melarikan diri ke Benteng Malayo, benteng yang letaknya tidak jauh dari Benteng Tolukko. Pada tahun 1612, dilaporkan terdapat 15 hingga 20 tentara di dalam benteng ini, yang dilengkapi dengan sejumlah persenjataan dan amunisi.

Kita bisa melihat indahnya Pulau Tidore dari atas Benteng Tolukko.

DSC_0734
Benteng Toluko
DSC_0747
Pemandangan dari atas benteng Toluko
DSC_0733
Kota Tidore dan Gunung Gamalama dari Benteng Toluko

Jika sempat sempatkan untuk berkunjung ke danau Tolire yang berwarna hijau toska. Konon di danau ini terdapat buaya yang akan muncul ke permukaan air sebagai pertanda bahwa Gunung Gamalama akan meletus. Entah bagaimana buaya itu bisa nyasar ke danau yang letaknya di tengah pulau.

Demikian catatan perjalanan kali ini.Semoga kita diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menikmati indahnya Indonesia.

Written by Ardhi D Irawan

we travel to survive

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *