From Japan with Kenangan (part 5)

Hari 5

Kami menginjakan kaki kembali ke Tokyo pada pukul 7 pagi, 10 Oktober 2011. Udara terasa dingin dan sepertinya Tokyo habis diguyur hujan deras. Karena bingung mau kemana akhirnya si Tora menelpon ke Ryokan Kangetsu, tempat kami berencana menginap malam harinya. Rencananya sih cuman mau nitip tas, tapi ternyata bisa langsung check in pagi itu juga. Yasud, langsung cuss aja ke Ryokan.

Di Stasiun Tokyo kami membeli Tokunai Pass, yaitu tiket kereta untuk seharian. Harganya 730 yen. Setelah berhitung tentang perkiraan berapa habisnya tiket kereta kami hari itu, kami putuskan untuk beli tiket tersebut. Dengan tiket tersebut kami bisa keliling rute JR kemana saja seharian. Rute JR aja ya, bukan rute subway ataupun rute kereta yang dioperasikan oleh perusahaan lain. Sebagai contohnya, untuk mencapai Ryokan Kangetsu di daerah chidori-otaku, kami harus ganti kereta dari JR ke Tokkyu. Untuk kereta JR kami tak perlu bayar lagi, tapi untuk kereta Tokkyu kami tetap harus bayar.

Penampakan
Penampakan Tokunai Pass

Sekitar jam 9 kami tiba di Ryokan Kangetsu. Suasananya benar-benar berbeda dengan Khaosan Hostel (tempat kami menginap di Kyoto). Ryokan mengusung tema tradisional. Di depan terdapat semacam taman gitu, sayang sepertinya kurang terurus. Setelah mengurus administrasi, kami dipersilakan masuk ke kamar. Yang menarik adalah suasana kamar benar-benar didesain seperti rumah Jepang tempo doeloe. Lantai kamarnya adalah tatami (semacam tikar khas jepang). Tempat tidurnya bukanlah kasur, melainkan futon. Selain itu disediakan juga yukata tidur untuk tamu. Ryokan Kangetsu juga memiliki fasilitas ofuro(tempat pemandian air panas). Benar-benar berasa jadi orang Jepang deh!

irasshaimase!!
irasshaimase!!
Taman di Ryokan Kangetsu
Taman di Ryokan Kangetsu
Resepsionis sekaligus toko suvenir Ryokan Kagetsu
Resepsionis sekaligus toko suvenir Ryokan Kagetsu
kamar yang tradisional abis
kamar yang tradisional abis

Karena hari-hari sebelumnya udah sering wisata tradisional (ke kuil dan taman), hari ini kami berencana wisata modern ke Shibuya dan Harajuku. Ada kejadian cukup mendebarkan ketika hendak berangkat dari stasiun chidoricho. Sebelumnya kami sudah membeli Tokunai Pass (One Day Pass tiket untuk JR lines), jadi seharusnya tidak perlu membeli tiket lagi dan bisa langsung masuk ke ruang tunggu kereta. Sese, Tora dan Chimank sudah masuk duluan melalui palang pintu setelah memasukkan tiket ke mesin. Sementara itu saya senirian dibelakang kebingungan karena tidak bisa menemukan tiket saya. Tiket saya hilang. Saya sempat panik karena teman-teman yang lain sudah menghilang dari pandangan. Sayapun memutuskan untuk membeli tiket satuan. Tapi rencana tinggallah rencana. Ternyata peta rute kereta yang terpampang hanya ditulis dengan kanji, tidak ada romanji. Saya cuma bisa melongo, beberapa kali saya coba membacanya namun tetap tak bisa. Beruntungnya teman-teman saya balik lagi dan si Tora dengan senang hati mengajari saya membeli tiket ketengan. Alhamdulillah. Dan kamipun melanjutkan perjalanan ke Shibuya.

Sampai juga di Shibuya, langsung deh menuju ke monument legendaris, Patung Hachiko, si anjing setia yang kisahnya pernah diangkat menjadi film layar lebar.

Poto dulu sama Hachiko
Poto dulu sama Hachiko

Ternyata di dekat situ sedang diselenggarakan konser. Entah siapa artisnya, sepertinya semacam idol gitu. Sayang gak bawa light stick.

oi!oi!oi!!!!!!!
oi!oi!oi!!!!!!!
Shibuya
Shibuya

Kami pun berjalan-jalan menikmati suasana kota Shibuya yang merupakan salah satu pusat fashion di Jepang. Dari Shibuya kami lanjut ke Harajuku. Keluar dari stasiun kami disambut gerbang Takeshita Street yang sangat ramai (yang ternyata lebih ramai daripada Harajuku Street). Ternyata di sepanjang jalan Takeshita terdapat bermacam-macam toko pakaian dan pernak-pernik fashion yang unik. Banyak juga pengunjung yang memakai pakaian Harajuku Style yang sangat tidak lazim dipakai di tempat umum kalau di Indonesia. Dari sekian banyak toko, kami hanya masuk ke Daiso -semacam serba 5000 kalo di Indonesia- (maklum traveler bokek). Di sini banyak barang unik dengan harga murah meriah. Sebagian besar harga barang yang dijual adalah 105, lumayan dapet oleh-oleh murah :v.

Takeshita Street (jangan di balik -balik bacanya)
Takeshita Street (jangan di balik -balik bacanya)
keramaian di Takeshita St
keramaian di Takeshita St
beli oleh-oleh di Daiso
beli oleh-oleh di Daiso

Dari Harajuku kami melanjutkan perjalanan ke Shinjuku. Tujuan utama kami adalah ke gedung Tokyo Metropolitan Government Building. Dari lantai atas gedung ini, kita bisa melihat suasana kota Tokyo. Dan yang paling penting, gratis :D. Dari Stasiun Shinjuku ke TMG Building ternyata memakan waktu yang cukup lama dengan berjalan kaki, mungkin sekitar 30 menit. Dilantai atas gedung terdapat café, jadi kita bisa menikmati keindahan kota Tokyo sembari menyeruput kopi panas. Disini juga terdapat toko souvenir.

Tokyo Metropolitan Government Building
Tokyo Metropolitan Government Building
Panorama Kota Tokyo dari TMG Building
Panorama Kota Tokyo dari TMG Building

Tujuan kami selanjutnya adalah Odaiba, sebuah pulau buatan di tenggara Tokyo. Karena sampai disana sudah terlalu larut, kami jadi ga punya waktu untuk mengelilingi Odaiba yang ternyata sangat luas. Di Odaiba akhirnya kami hanya berkeliling sebentar, makan, dan sejenak menikmati kapal-kapal penuh lampu di laut.

Odaiba
Odaiba

Perut sudah mulai dangdutan, maka kamipun menuju ke jejeran foodcourt. Karena takut mencoba makanan aneh-aneh, akhirnya kami menuju ke restoran India (ke Jepang makan makanan India, gak nyambung yoben). Begitu kami mendekat, si Pelayan langsung berujar “Halal, the food is halal” (mungkin karena wajah kami terlihat alim). Kami pun memesan set masakan Pakistan/India dengan harga 1875 yen per orang. Oh iya, nama restoran tersebut adalah Khazana Restaurant, terletak di lantai 5 DECKS Mall Odaiba. Selesai makan kami berfoto-foto sebentar kemudian pulang ke hotel.

Deck Mall Odaiba
Romantisme Deck Mall Odaiba
lupa namanya, inget rasanya
lupa namanya, inget rasanya. Enak!
Turun ke pantai (?) bentar
Turun ke pantai (?) bentar

Badan capek, pegel-pegel, tibalah saatnya untuk menjajal fasilitas Ofuro di Ryokan Kangetsu. Seperti ofuro pada umumnya, berupa bak lumayan gede dan pengunjung berendam di dalamnya. Ofuro terpisah antara cowok dan cewek dan kita tidak boleh menggunakan pakaian selama berendam alias telanjang bulet hanya ditutupi handuk kecil (horor bener dah!!). Walaupun sedikit horror, akhirnya kami nyemplung juga. Berendam di air hangat benar-benar sangat nikmat, apalagi habis jalan kaki seharian, tapi sayang cowok semua.

Fasilitas yang disediakan oleh Ryokan Kangetsu sendiri terbilang lengkap. Kami mendapat satu set yukata per orang selama menginap, ada handuk, sikat gigi, tivi, dan wi-fi di kamar. Di kamar kami juga ada bak air panas pribadi. Ada juga massage chair di living room. Kalo kita mo beli yukata, ryokan menjualnya dengan harga 2500 yen sepasang, lengkap dengan obinya. FYI, di Ryokan Kangetsu kami memesan kamar private 4 orang, tipe kamar tersebut tergolong bagus dan tentunya harganya juga lebih tinggi. Jika di Khaosan kami hanya membayar 2000 yen per orang, di Ryokan Kangetsu kami membayar 4000 yen per orang. So, mari kita tidor!

Bobok ganteng grakkkk!!!!!
Bobok ganteng grakkkk!!!!!

bersambung…

Written by Arga Purna Putra

Seorang yang percaya bahwa substansi manusia dibentuk oleh pengalaman empiris. Dan pengalaman empiris dapat diperoleh dari jalan-jalan. Jadi mari kita berjalan-jalan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *