Manisnya Kepolosan Sate Rembiga

INTRO : “Kamu kemaren main ke Lombok ya? udah nyobain sate rembiga belom?” Pertanyaan ini dilontarkan oleh salah seorang temanku setelah kunjungan pertamaku di Pulau Lombok beberapa tahun yang lalu. Sebagai sesama pecinta kuliner, obrolan kami tidak jauh-jauh dari soal makanan dan makanan. Ini terlihat dari obrolan kami, walaupun Lombok terkenal akan pantai dan pulaunya yang eksotik, tapi yang pertama ditanyakan temanku adalah soal makanan. Pertanyaan temanku tersebut membuat perutku merasa penasaran (iya, perutnya yang penasaran). Selama ini, saya taunya makanan khas Lombok ya Ayam Taliwang. Tidak pernah sekalipun saya mendengar tentang sate Rembiga yang kata temenku enak banget banget banget. Akhirnya, saya berkata dalam hati jika nanti mengunjungi Lombok, Sate Rembiga adalah tujuan yang harus disinggahi. Ini janji suci antara sya dan perut saya!”

Beruntung, akhirnya kesempatan untuk menginjakkan kaki kembali ke Lombok datang juga. Berbeda dengan kunjungan saya ke Lombok yang pertama, yang murni merupakan sebuah liburan pribadi, kali ini kunjungan saya ke Lombok dalam rangka mendapatkan penugasan dari kantor untuk mengikuti kegiatan yang kebetulan diadakan di Pulau Lombok. Hujan deras di tengah gelap malam mengiringi kedatangan saya di Pulau ini. Sesampainya di penginapan, perut sudah sangat keroncongan dan meronta-ronta karena memang saya belum makan dari pagi. Tiba-tiba, salah seorang panitia kegiatan menghampiri saya dan berkata, “Mas mau ikut makan di Sate Rembiga?” Mendengar hal ini mata saya langsung berbinar-binar. Betapa tidak, baru juga sampai saya sudah bisa bertemu dengan sate rembiga. Mungkin ini yang dimakan jodoh kali ya?

Sebenarnya saya juga sedikit bimbang karena sebenarnya saat itu keadaan saya sedang capek dan belum sempat berisitrahat. Apalagi, keesokan harinya saya harus bangun pagi-pagi dan berangkat ke lokasi penugasan, acaranya seharian pula. Tetapi, kata perut saya (bukan kata hati) saat itu mengatakan… “Ikutlah nak..” dan saya tidak bisa menolak kata perut saya.

Sate Rembiga yang kami kunjungi adalah Sate Rembiga Ibu Sinnaseh. Saat saya tanya alasannya kenapa memilih tempat ini, katanya warung ini lumayan terkenal dan sudah ada dari dulu. Warung Sate ini memang terlihat lumayan ramai pengunjung. Dari luar tampak seorang mas-mas sedang mengipasi sate yang dijejer di atas arang. Di sebelah luar terdapat beberapa saung yang dapat digunakan untuk tempat makan secara lesehan. Jika tidak ingin lesehan, tersedia juga meja dan kursi untuk makan di dalam.

warung sate rembiga hai sinnaseh
Sate dibakar di depan warung

Saya memilih untuk makan di salah satu saung. Kemudian saya membaca daftar menu untuk memilih makanan yang akan saya pesan. Tentu saja makanan yang wajib saya pesan adalah sate rembiga. Untuk pelengkap, saya juga memesan plecing. Biar deh, walaupun bagi saya terasa agak gak nyambung mencampurkan sate dengan plecing, tapi saya mencoba mengakrabkan kedua makanan itu di dalam perut saya. Saya juga memesan bebalung, yang katanya juga makanan yang menjadi rekomendasi di tempat ini.

Beberapa waktu kemudian, pesanan saya datang. Sekilas sate rembiga terlihat janggal, pasalnya tidak ada tambahan bumbu baik berupa saus kacang maupun bumbu kecap seperti yang ada pada sate yang biasa saya makan. Hal ini membuat penampakan sate rembiga tersebut terlihat polos kehitaman. Lebih Ketika saya makan, ternyata rasanya berupa campuran antara gurih dan manis dan ketika dikunyah lebih lama akan terasa agak pedas. Dan ketika saya makan lebih lama.. satenya langsung ludes.

Perhatian, ternyata sate rembiga rasanya memang lezat saudara-saudara!

makan di sate rembiga
pesanan sudah dataaaang
warung sate rembiga ibu sinnaseh
walaupun polosan, tetapi rasanya endess

Beralih ke bebalung. Makanan ini mirip sup daging atau lebih tepatnya sup tulang, seperti namanya bebalung (balung dalam bahasa jawa artinya tulang). Kepolosan sate rembiga ternyata bisa ditutup oleh kuah dari bebalung ini. Berbeda dengan masakan tengkleng di Jawa, bebalung lebih empuk dan ramah bagi gigi. Jadi gak usah takut pesan karena khawatir ribet saat memakan bebalung. Oh iya, di luar dugaan saya ternyata plecing ternyata bisa serasi dengan kedua menu yang sudah saya sebut. Yah, setidaknya bagi lidah saya, maafkan jika nanti ada yang berpendapat lain 😀

bebalung sate rembiga ibu sinnaseh
bebalung ini lezatnya sampai ke tulang (nyomot tagline iklan produk sebelah)

Untuk harganya tidak terlalu menguras kantong. Seporsi sate rembiga berisi 10 tusuk dihargai Rp. 20.000,-. Termasuk murah malah jika mengingat sate ini berbahan dasar daging sapi.

menu sate rembiga ibu sinnaseh
Ini menu di warung sate rembiga ibu sinnaseh

Akhirnya tercapai sudah achievement saya di Lombok untuk menikmati Sate Rembiga, Yihaa..

Sate Rembiga Ibu Sinnaseh
Jl. DR Wahidin, Rembiga
Mataram, Lombok

Written by Ridwan Sidik K

Seorang pegawai kantoran yang memiliki hobi jalan-jalan dan menulis dengan skill pas-pasan. Pernah kuliah di Kedokteran Hewan tapi banting setir ke jurusan Akuntansi karena takut gak bisa ngobrol dengan pasien. Merupakan co-founder dari jarangpanas.com

One thought on “Manisnya Kepolosan Sate Rembiga

Leave a Reply to Lombok Wander Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *