Mengintip Nusa Ceningan Di Kala Pagi

Seperti judulnya ‘mengintip’, kunjungan saya ke Nusa Ceningan ini memang hanya dilakukan dalam waktu yang cukup singkat dan mepet, tepatnya pada hari kedua trip saya di Nusa Lembongan. Bayangkan saja, kapal yang akan membawa kami kembali ke Pantai Sanur berangkat pada pukul 08.30 WITA. Jadi, sebelum itu saya harus sudah kembali ke penginapan untuk mandi, luluran, packing, check out, mengembalikan motor sewaan dan tentu saja menuju ke dermaga tempat dimana kapal kami akan berangkat. Perlu dicatat bahwa meskipun faktanya kami berada di wilayah WITA, namun jam biologis kami masih memakai WIB.

Maka pagi itu (atau lebih tepatnya saat itu masih subuh), saya meninggalkan teman-teman saya yang masih sibuk berlayar di pulau kapuk untuk menyebrang ke Pulau Ceningan. Dengan hanya mengandalkan Google maps, saya menggunakan motor yang telah saya sewa sebelumnya dan menembus kegelapandan kesunyian fajar. Jalanan di sana sangat sepi kala itu, hanya dua tiga kali saya berpapasan dengan penduduk asli yang memulai aktivitasnya. Bisa dikatakan, mungkin saat itu saya satu-satunya wisatawan yang sudah kelayapan pada jam tersebut.

Setelah beberapa saat kemudian, dengan sedikit diwarnai insiden nyasar ke jalan buntu yang gelap (mungkin jam segitu mbah gugel masih agak ngantuk sehingga salah nunjukin jalan), saya menemukan ‘pintu gerbang’ Nusa Ceningan. Sebuah jembatan yang memanjang di atas pantai. Yellow bridge, begitulah sebutan bagi jembatan yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan ini.

Jembatan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan
Yellow Bridge, Jembatan yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan

Jembatan yang beralaskan kayu tersebut hanya memiliki lebar sekitar 1,5 – 2m sehingga hanya muat untuk lewat satu motor. Menyeberangi Jembatan yang memiliki panjang sekitar 100m ini memberikan sensasi tersendiri bagi saya, terutama ketika berada tepat di tengah jembatan tersebut. Penasaran? kebetulan saya sempat membuat video pada saat menyebrangi jembatan tersebut. Tapi ini saya ambil bukan ketika saya menyebrang ke Nusa Ceningan sih, tapi pas kembali ke Nusa Lembongan jadi ya sensasinya berbeda karena saat itu matahari sudah muncul dan aktivitas penduduk sudah mulai ramai, check it out:

Di sepanjang perjalanan, saya banyak menjumpai pantai yang digunakan untuk perkebunan rumput laut. Memang, petani rumput laut menjadi mata pencaharian utama di pulau ini. Bahkan, menurut wikipedia, hampir 95% masyarakat di sini merupakan petani rumput laut.

pantai rumput laut nusa ceningan
Petani rumput laut adalah mata pencaharian sebagian besar penduduk Nusa Ceningan

Tempat pertama yang saya datangi adalah Secret Point Beach, yang berada di kawasan Secret Point Huts. Di sini terdapat jumping point jika anda berminat untuk sekedar memacu adrenalin dengan melompat ke laut dari atas tebing (Oh iya, btw Nusa Ceningan ini memang dikenal dengan aktivitas jumping cliff-nya). Namun dengan pertimbangan waktu yang mepet dan juga faktor keamanan (gak ada orang yang dampingin bro, kalau lompat trus terbawa ombak gak ada yang lihat) maka saya tidak melakukan aktivitas jumping cliff. Padahal sebenernya sih, pengen banget nyobain T.T

secret point beach nusa ceningan
Secret Point Beach
karang bolong secret point beach
Penampakan sebuah karang bolong di Secret Point Beach
secret point beach in the morning
Karena motor tidak bisa masuk ke pantai ini, terpaksa saya berkeliling hanya menggunakan sapu terbang

Tempat kedua yang saya datangi adalah Blue Lagoon, sebuah tempat dimana kita diberi tahu apa itu arti gradasi  melalui perpaduan warna air nan biru yang terjebak di antara tebing-tebing yang terjal. Sebuah tempat yang tepat untuk mengucapkan kata, “Subhanallah”.

blue lagoon nusa ceningan
Next Stop Blue Lagoon, Check your belongings and step carefully
another view of Blue Lagoon
Closer view of Blue Lagoon

Sebenarnya masih ada beberapa tempat yang ingin saya datangi di Nusa Ceningan ini, seperti Gala-Gala Underground House, sebuah rumah bawah tanah yang konon dibuat selama 15 tahun oleh seorang pertapa. Namun, seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, waktu saya sangat terbatas untuk menjelajah Nusa Ceningan ini. Saya pun tancap gas untuk kembali ke tempat saya menginap.

Sesampainya di penginapan, saya mendapati teman-teman saya masih belum bangun. Padahal saat itu waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WITA, setengah jam sebelum jadwal kapal kami berangkat. Barang-barang masih berserakan belum di packing, selaras dengan teman saya yang masih teronggok dengan mata terpejam. Akhirnya, setelah membangunkan mereka, kami pun packing secara kilat dan bergegas menuju ke dermaga.

Dalam kondisi terdesak, seorang traveler tak mengenal kata mandi…

Written by Ridwan Sidik K

Seorang pegawai kantoran yang memiliki hobi jalan-jalan dan menulis dengan skill pas-pasan. Pernah kuliah di Kedokteran Hewan tapi banting setir ke jurusan Akuntansi karena takut gak bisa ngobrol dengan pasien. Merupakan co-founder dari jarangpanas.com

8 thoughts on “Mengintip Nusa Ceningan Di Kala Pagi

    1. simpangan? maksudnya papasan ya? kayaknya mepet banget klo buat papasan, sendiri aja klo sampai di tengah jembatan rasanya gimana gitu, seperti terayun2..

  1. Jembatan ini lebih dekat dr mana ya? Mushroom bay atau Jungut batu. Krn kan kalo berangkat dr sanur ada pilihan 2 pelabuhan itu.. Thx

    1. Sama aja kok mbak, berhubung ini cuman pulau kecil, mau dari mana gak butuh waktu lama buat sampe ke jembatan ini (sewa motor aja). Bedanya adalah, kalo di sejitar Jungut batu banyak penginapan murah

Leave a Reply to zi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *