Menyapa Anak Krakatau

Siapa yang belum pernah mendengar tentang sejarah letusan Gunung Krakatau? Ya, pada tahun 1883 silam terjadi letusan maha dahsyat dari Gunung yang terletak di Selat Sunda ini. Dahsyatnya letusan dari Gunung Krakatau yang menelan korban lebih dari 36.000 jiwa ini konon sampai mengubah iklim dunia. Abu dari letusan ini bahkan terbang sampai ke Benua Amerika. Beberapa puluh tahun setelah letusan Krakatau, munculah sebuah Gunung Kecil di bekas letusan Krakatau. Gunung ini kemudian dinamakan Anak Krakatau. Nah, tulisan saya kali ini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya mengunjungi si Anak Krakatau.

Perjalanan saya bersama rombongan menuju Anak Krakatau dimulai dini hari dari pelabuhan Merak menuju ke Bakauheuni. Selepas shalat subuh di Bakauheuni, kami melanjutkan perjalanan menuju ke pelabuhan Canti. Jarak dari pelabuhan Bakauheuni menuju Pelabuhan Canti relatif tidak terlalu jauh, ‘hanya’ membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan via darat (pada saat itu, kami menggunakan angkot yang sudah di carter). Sesampainya di Pelabuhan Canti, perjalanan di lanjutkan dengan menggunakan perahu. Di sinilah dimulai petualangan water world, dimana kami menghabiskan sebagian besar waktu kami di atas air.

Destinasi pertama kami adalah Pulau Sebesi. Pulau yang berpenduduk sekitar 1000 jiwa ini menjadi tempat singgah kami sekaligus tempat untuk beristirahat. Pulau Sebesi ini merupakan pulau berpenghuni terbesar di antara pulau-pulau yang dekat dengan Anak Krakatau.

Singgah dulu di Pulau Sebesi
Pulau Sebesi, tempat persinggahan selama ngetrip di Krakatau
Makan dulu sebelum berlayar
Makan dulu sebelum berlayar

Setelah meletakkan barang bawaan kami di penginapan (atau lebih tepatnya rumah penduduk yang disewa buat menginap) dan juga makan siang, kami kembali melaut. Pemandangan alam di wilayah sekitar Gunung Krakatau memang patut diacungi jempol. Pemandangan yang membuat mulut mengucapkan kata “Subhanallah” terpampang di setiap sudut dimana mata ini memandang. Pulau-pulau kecil nan hijau dilapis dengan laut berwarna biru muda sungguh memanjakan mata. Seharian itu kami puas-puasin bermain air sambil jeprat-jepret sana sini dengan kamera.

Salah satu pemandangan yang tertangkap oleh kamera
Salah satu pemandangan yang tertangkap oleh kamera
Pantainya bikin betah berlama-lama maen air
Pantainya bikin betah berlama-lama maen air

Dan tentu saja, di sini wajib snorkeling karena banyak spot snorkeling yang indah di sini. Di antaranya Pulau Sebuku kecil, besar, dan Lagoon Cabe. Yah, meskipun kita tidak bisa melihat cabe-cabean di Lagoon Cabe, tapi saya jamin bahwa anda tidak akan kecewa karena di sini kita bisa melihat banyak ikan berseliweran serta terumbu karang yang berwarna-warni.

Salah satu spot snorkeling
Salah satu spot snorkeling
Pemandangan bawah laut
Pemandangan bawah laut

Tak terasa hari mulai malam yang artinya kami harus kembali ke penginapan. Setelah melihat sunset yang kami lihat dari atas kapal (sumpah keren banget), kami pun kembali ke Pulau Sebesi untuk makan malam dan beristirahat.

Menikmati sunset di atas kapal
Menikmati sunset di atas kapal

Pagi harinya, atau tepatnya saat itu masih subuh, kami kembali menuju kapal untuk berangkat menuju ikon dari tempat ini, Cagar Alam Gunung Krakatau. Ya, pagi-pagi kami udah harus naik gunung. Untungnya, sebelum mendaki, kami melakukan ‘pengisian bensin’ terlebih dahulu atau bahasa Jawanya adalah breakfast. Jalan menuju ke puncak lumayan menanjak, saya yang saat itu jarang berolahraga lumayan ngos-ngosan. Dengan penuh perjuangan, akhirnya setelah beberapa puluh menit mendaki, sampai juga di puncak. Eh, tepatnya bukan persis di Puncak Anak Krakatau lho, tapi cuma sampai di batas aman yang diperbolehkan. FYI aja, Anak Krakatau saat ini merupakan gunung yang masih aktif. Asapnya aja masih mengepul-ngepul gitu di puncaknya. Jujur, saya sebenernya ngeri kalau tiba-tiba gunung ini batuk atau tiba-tiba ada angin gede yang meniup asapnya ke arah kami. Tapi kekhawatiran saya langsung hilang ketika melihat sekeliling, Pemandangan dari atas sini super sekali. Kita bisa melihat daratan dan lautan yang terhampar di sekeliling kita, sementara di belakang kita berdiri menjulang dengan sangat dekat sebuah gunung yang merupakan anak dari Krakatau yang sangat bersejarah.

Memulai Pendakian menucu puncak
Memulai Pendakian menuju puncak
Ayo Bang.. Semangat Bang..
Ayo Bang.. Semangat Bang..
Tuh liat, asapnya Anak Krakatau mengepul
Tuh liat, asapnya Anak Krakatau mengepul
Here We Are, On the Top
Here We Are, On the Top

Turun dari Anak Krakatau, kami kembali ke perahu dan kembali melakukan snorkeling untu kali terakhir sebelum akhirnya kembali ke pulau Sebesi, mengemasi barang dan kemudian kembali balik ke Jakarta. Capek memang berangkat tengah malam pulang juga tengah malam (apalagi keesokan harinya langsung kerja). Namun dibanding dengan pengalaman yang didapet, trip ini worthed lah 😀

Written by Ridwan Sidik K

Seorang pegawai kantoran yang memiliki hobi jalan-jalan dan menulis dengan skill pas-pasan. Pernah kuliah di Kedokteran Hewan tapi banting setir ke jurusan Akuntansi karena takut gak bisa ngobrol dengan pasien. Merupakan co-founder dari jarangpanas.com

One thought on “Menyapa Anak Krakatau

Leave a Reply to The Stress Lawyer Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *