menyusuri jejak soe hok gie

Mandalawangi-Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu

Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
Dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan

Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah”

Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu

Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

Djakarta 19-7-1966
Soe Hok Gie

Sebuah puisi dari soe hok gie,tentang mandala wangi, sebuah lembah di kawasan taman nasional gede pangrango, lembah yang indah, yang banyak ditumbuhi dengan bunga abadi idaman para pendaki ….. bunga edelweiss (anaphalis javanica)

Di awali puisi dari soe hok gie perjalanan ini diawali…
kegiatan pendakian ini dilakukan untuk memperingati ulang tahun PT Diamitral yang bergerak di bidang produksi komponen mekanik di bilangan Pulo gadung, Jakarta Timur. TS sendiri secara tidak sengaja ikut karena ajakan salah satu pendaki yang kebetulan temen kos,lumayan dapet temen mendaki,gratisan lagi …hehehehe

Tujuan dari perjalanan kali ini adalah mendaki gunung gede yang masih berada 1 kawasan dengan gunung pangrango, gunung gede juga memiliki lembah yang mirip dengan lembah mandala wangi yaitu lembah surya kencana. Tim pendakian berjumlah 10 orang yaitu 7 orang dari diamitral, TS sendiri , dan 2 orang kawan dari stmi cempaka putih yang bertindak sebagai porter.

DSC_0244
Tim dari diametral

Tanggal 20 Sepetember 2014 pukul 17.00 wib kami berkumpul di Diametral di bilangan Pulo Gadung. setelah sholat maghrib dengan menggunakan mobil perusahaan rombongan  menuju Gunung Putri. Sebenarnya ada 2 jalur pendakian yang biasa digunakan oleh para pendaki yaitu Jalur Gunung Putri dan Cibodas. Jalur Gunung putri sebenarnya lebih extreem dengan tanjakan terjal serta jalur yang sempit, sedangkan Jalur Cibodas lebih landai dan jalurnya lebih lebar, namun jalur Gunung Putri jauh lebih pendek, sehingga menyingkat waktu pendakian.

Sekitar pukul 24.00 wib rombongan tiba di pos pendakian di Gunung Putri, rombongan kemudian menuju warung yang biasa digunakan untuk tempat beristirahat. Setelah makan  dan sholat isya kami beristirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk pendakian esok pagi.

DSC_0235
Istirahat malam di basecamp

Memulai pagi dengan sholat subuh dan sarapan, kamu mulai mendaki setelah terlebih dahulu melakukan registrasi ulang di pos jagawana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk pemeriksaan kelengkapan keamanan pendakian.

DSC_0253
Jalur kebon sayur

Pendakian dimulai dengan menyusuri pematang kebon sayur, disinilah poin paling krusial dalam pendakian, karena tubuh masih melakukan penyesuaian dengan kondisi jalan yang menanjak dan tipisnya oksigen sehingga tubuh sangat terasa lelah. beruntung pemandangan di awal pendakian cukup memanjakan mata sehingga rasa lelah yang mendera sedikit terobati dengan hijau kebun sayur yang menghipnotis.

DSC_0262
Awal pendakian yang menguras stamina
DSC_0267
Kebon sayur

Setelah 1 jam  berjalan mulai memasuki batas kebun sayur dan vegetasi hutan, dari sini mulai track yang dihadapi mulai menantang, jalan menanjak, jalur yang sempit dan terjal..

DSC_0320
Gerbang Taman Nasional Gede Pangrango

pukul 15.00 setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 7 jam, perlahan-lahan sampailah kami alun-alun surya kencana, sebuah lukisan maha dahsyat dari sang pencipta…sebuah lembah di antara 2 gunung yang di dominasi oleh vegetasi Edelweiss yang mulai mekar…syahdu…

DSC_0332
Alun-alun Surya Kencana
DSC_0343
Pemukiman pendaki di Surya Kencana
DSC_0325
Kebon edelweis
DSC_0329
Edelweis (Anaphalis javanica)

karena hari mulai berangsur gelap kami pun bergegas mencari tempat untuk berkemah, sengaja memilih di balik rerimbunan pohon agar terlindung dari dinginnya angin lembah yang mampu meremukkan tulang…
beres dengan doom, waktunya mengisi perut yang sadar atau tidak sadar baru diisi dengan mie instan dan snack ringan….alhasil nasi liwet, sayur sop, dan sosis goreng tandas tak bersisa..

DSC_0364
Nasi entah apa namanya

kenyang … matapun mulai mengantuk,kamipun beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk summit attack besok paginya….
groook…..grookkkk

pagi menjelang,walau udara sangat dingin menusuk tulang tapi kamiu harus bangun pagi, menyongsong mentari dan puncak gede yang sudah menanti…

DSC_0324
Sang porter

setelah sarapan dan packing kamipun bergegas mendaki, selangkah demi selangkah..semeter demi semeter perlahan seperti keong, akhirnya puncak terlihat jua.

sebuah karya dari Sang Maha Agung, pasak Pulau Jawa yang tertancap kuat menghujam bumi, memberi kesuburan bagi tanah pasundan…Allahu Akbar..

puncak pangrango merupakan pinggiran kawah bekas erupsi, disini samar-samar tercium aroma belerang yang disemburkan dari kawah…di sisi barat nampak puncak gede..

DSC_0397
Puncak Pangrango dari kejauhan tampak Puncak Gede
DSC_0522
Kawah Pangrango
DSC_0446
Tim Pendaki

di pundak sangat ramai oleh para pendaki yang sibuk sendiri mengabadikan momen di puncak, momen yang sangat sayang dilewatkan, mengingat usaha untuk mencapai puncak sangatlah berat..hehehe

DSC_0491
Penampakan …hehehhe
DSC_0474
Narsis dikit ..hehehe
DSC_0483
Bercanda dengan maut
DSC_0523
jalur turun

Jam 10 setelah mengabadikan foto kami pun bergegas turun melalui jalur yang berbeda, melawati jalur Cibodas.

DSC_0562
Telaga Biru
DSC_0549
Jalur turun via Cibodas
DSC_0548
Jembatan Legendaris

Written by Ardhi D Irawan

we travel to survive

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *