Mirota Batik, tak sekedar batik!

Maen ke Jogja tanpa mengunjungi Malioboro itu ibarat pergi umroh tapi tidak mengunjungi Ka’bah. Dari semenjak dahulu kala, Malioboro selalu menjadi ikon yang tak terpisahkan dari Kota Jogja. Kalau sudah sampai Malioboro, kurang afdol rasanya kalau tidak mampir ke Mirota Batik.

Penampakan Mirota Batik (sumber : Google)
Penampakan Mirota Batik (sumber : Google)

Mirota Batik merupakan pusat batik dan kerajinan di Jalan Malioboro. Letaknya di Seberang Pasar Beringharjo (kalau tidak tahu di mana lokasi Pasar Beringharjo, silahkan tanya om google map).

mirota batik malam
suasana malam hari di depan Mirota Batik

Menurut salah satu informan saya, Mirota Batik didirikan sekitar tahun 1980-an oleh Bapak Hamzah Sulaiman. Nama Mirota Batik sendiri berasal dari nama usaha orang tua beliau yaitu, Minuman dan Roti Tawar, yang disingkat jadi Mirota.  Tapi sayangnya sekarang Mirota Batik sudah tidak jualan roti tawar lagi. Produk yang ditawarkan Mirota Batik adalah koleksi batik yang lengkap, kerajinan tangan khas Jogja yang eksotis dan juga barang-barang antik nan unik.

suasana di dalam mirota batik
suasana di dalam mirota batik (sumber : Google)

 

Salah satu dagangan antik (sumber : Google)
Salah satu dagangan antik (sumber : Google)

Tapi kali ini saya tidak akan membahas produk-produk yang telah saya sebutkan di atas. Saya akan membahas mengenai mbak kasirnya yang cakep kuliner. Lho kok kuliner? Apa hubungannya sama batik? Gini lho brosis, ternyata selain jualan batik, Mirota Batik Malioboro juga menyediakan restoran yang asik. Letaknya di bagian atap bangunan gedung Mirota Batik. Resto yang diberi nama Oyot Godhong ( Akar Daun ) ini di desain sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang Njawani. Di sini anda juga bisa melihat suasana Jalan Malioboro dari atas.

oyot gedung resto
Oyot Godong Resto (sumber : Google)

 Langsung saja kita menuju topik utama. Makanannya. Sayang sekali pada waktu ke sana perut saya sudah setengah penuh, sehingga hanya bisa memesan sedikit dari menu yang ditawarkan. Setelah membolak-balik menu dan sholat istikharah memikirkan secara sistematis, saya akhirnya memutuskan untuk memesan Sup Ketaman Asmoro dan Pepes Tuna Cabe Ijo, sementara teman saya memesan Nasi Goreng Kemul. Untuk minumannya, kami memesan Wedang Pajimatan

Ternyata yang datang duluan adalah Pepes Tuna Cabe Ijo. Satu paket terdiri dari pepes tuna, nasi, sambel dan lalapan seadanya. Tanpa pikir panjang, langsung saya rayah sang pepes yang hanya ditutupi selembar daun pisang. Begitu dibuka, aroma rempahnya langsung menyerbu ke lubuk hidung paling dalam. Sayapun segera menyatap si pepes. Perpaduan tekstur tuna yang lembut, pedasnya cabe hijau dan bumbu yang pas berhasil menaklukkan lidah saya. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan ini.

pepes tuna cabe ijo
Pepesnya josss

Tak lama kemudian pesanan teman saya datang, Nasi Goreng Kemul. Tadinya saya pikir ini adalah telur dadar raksasa, Ternyata telur dadar berperan sebagai kemul (selimut). Begitu selimut dibuka, byakkkk tampaklah sepiring nasi goreng yang terlentang pasrah siap untuk dijamah. Sebuah penyajian yang cukup unik.

nasi goreng kemul
nasi goreng dikemulin

Lanjut ke menu ketiga, Sup Ketaman Asmoro, sup ayam ditambah dengan irisan bakso dan sosis, tak lupa wortel, jagung dan kentangnya. Saya memesan sup ini karena namanya yang unik, Mengingatkan saya pada lagunya Mas Didi Kempot. Dan benar saja, begitu masuk ke dalam mulut, rasanya seperti dinyanyiin Mas Didi Kempot secara live. Bumbu rempahnya terasa pas, menimbulkan sensasi hangat di dalam tubuh. Sungguh cocok dinikmati di malam hari.

sup ketaman asmoro
Bener-bener bikin ketaman asmoro (tertambat asmara)

Setelah makanan habis, saya pun beralih ke Wedang Pajimatan. Melihat tampilannya pertama kali, saya berfikir Wedang Pajimatan mirip sekali dengan Wedag Uwuh(yang lebih umum dijumpai di Jogja). Rasanya pun sama. Saya kira mereka adalah saudara kembar. Ternyata Wedang Pajimatan dan Wedang Uwuh adalah entitas yang sama. Menurut penuturan teman saya, Pajimatan diambil dari nama daerah Pajimatan Imogiri di Bantul, yang merupakan Makam Raja-raja Mataram. Di sana, wedang uwuh menjadi sajian khas untuk pengunjung yang datang berziarah.

wedang pajimatan
wedang pajimatan aka wedang uwuh

Mungkin bagi yang pertama kali melihat wedang uwuh, pasti akan mengernyitkan dahi. Sesuai namanya uwuh (sampah), tampilan wedang uwuh terlihat seperti tempat sampah karena dalam penyajiannya serutan secang, jahe, kayu manis, daun pala, dan cengkeh dimasukkan secara utuh.

Oke, demikian cerita saya dari Mirota Batik Malioboro. Tempat yang rekmoended bagi anda yang kebetulan lagi di Jogja dan kebetulan ingin nyari oleh-oleh yang unik serta kebetulan pula lagi lapar.

Written by Arga Purna Putra

Seorang yang percaya bahwa substansi manusia dibentuk oleh pengalaman empiris. Dan pengalaman empiris dapat diperoleh dari jalan-jalan. Jadi mari kita berjalan-jalan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *