Pulau Biawak, antara Eksotis dan Mistis

Bila kamu berpikir bahwa berlibur ke Pulau Komodo itu sudah terlalu mainstream, maka kamu sekali-sekali harus mencoba mengunjungi adek-adek komodo tersebut di Pulau Biawak. Belum pernah denger? wajar sih, soalnya tempat ini tergolong masih ‘baru’. Karena masih baru, ya kamu harus maklum dengan fasilitasnya yang masih sangat minim jika kalian berniat ke sana. Namun justru di situlah menariknya, berkunjung ke Pulau Biawak akan menimbulkan sensasi tersendiri karena di sana kita akan mendapat pengalaman baru di tempat yang benar-benar masih alami…….. dan ehem… sedikit mistis.

IMG_20141206_144939

Pulau Biawak sebenarnya memiliki nama asli Pulau Rakit, namun karena banyak hewan Biawak yang berkeliaran di pulau ini maka pulau ini lebih dikenal dengan sebutan Pulau Biawak. Pulau ini terletak di Kabupaten Indramayu, yang berjarak sekitar 55 km dari kota Cirebon.

Petualangan saya menuju ke Pulau Biawak pada waktu itu lumayan berkesan. Kami berangkat sekitar pukul 02.00 dini hari dari tempat pelelangan ikan Karangsong dengan menggunakan kapal nelayan. Sejak mulai berangkat saja sudah menantang, bagaimana tidak? kami mengarungi lautan hanya dengan menggunakan kapal nelayan yang berukuran tidak terlalu besar. Dalam keadaan gelap gulita di tengah lautan, kami disuguhi pemandangan berupa hamparan bintang di langit. Perjalanan menuju ke Pulau Biawak kami tempuh sekitar 5-6 jam.

Setibanya di Pulau Biawak, kami disambut oleh Jembatan Panjang yang merupakan pintu utama untuk masuk ke Pulau ini. Dari kejauhan terlihat mercusuar menjulang tinggi ke angkasa, sebuah bangunan yang kontras mengingat sebagian besar pulau ini masih berupa hutan alami. Di ujung jembatan terdapat gerbang yang merupakan pintu masuk utama Pulau ini.

Mercusuar di Pulau Biawak terlihat dari kejauhan
Mercusuar di Pulau Biawak terlihat dari kejauhan
Gerbang UTama yang merupakan pintu masuk pulau biawak
Gerbang Utama yang merupakan pintu masuk pulau biawak

Kami menginap di sebuah bangunan yang saya sinyalir merupakan rumah dinas (cmiiw). Karena tempat kami menginap dekat dengan mercusuar, maka saya memutuskan untuk pergi memeriksa ke mercusuar tersebut. Dari tulisan yang ada di atas pintu mercusuar tersebut, dapat diketahui bahwa mercusuar ini merupakan sisa-sia peninggalan Jaman penjajahan Belanda yang dulu digunakan untuk memandu kapal-kapal mereka.

Lokasi tempat kami menginap di Pulau Biawak
Lokasi tempat kami menginap di Pulau Biawak

Ruangan di dalam mercusuar terkesan tidak terurus, kalau kata orang jawa singup. Sebenarnya ada tangga yang bisa digunakan untuk naik ke puncak mercusuar, dan dari atas mercusuar tersebut kita bisa melihat keindahan pulau biawak yang amazing dan terlihat secara utuh dari atas. Sayangnya, tangga untuk menuju ke puncak mercusuar lumayan terjal dan kondisinya juga mengkhawatirkan. Dengan pertimbangan berat badan yang dikolaborasikan dengan keadaan tangga yang tersedia, Saya akhirnya memutuskan untuk tidak naik ke atas mercusuar. Tapi suatu saat nanti, Saya akan kembali lagi ke tempat ini dengan body yang lebih ramping dan akan naik sampai ke puncak mercusuar ini, YEAHH…

sdfsd
Dari sini kita tahu bahwa mercusuar ini dibangun pada masa Z.M. Willem III pada tahun 1872
Mercusuar di Pulau Biawak yang menjulang tinggi ke angkasa
Mercusuar di Pulau Biawak yang menjulang tinggi ke angkasa

Di Pulau Biawak ini, kita juga bisa melakukan aktivitas snorkeling dan diving. Spot terbaik berada di sekitar pulau Gosong, entah kenapa namanya Pulau Gosong.. mungkin lupa dibalik jadiya gosong *garing*

Snorkeling di dekat pulau gosong
Snorkeling di dekat pulau gosong
Sayangnya, tidak ada tangga untuk naik ke kapal
Sayangnya, tidak ada tangga untuk naik ke kapal

Hal yang paling menarik dan berbeda di Pulau Biawak ini adalah, kita bisa dengan mudah menemukan dan berkenalan dengan ‘penduduk asli’ pulau ini. Siapa lagi kalau bukan binatang Biawak itu sendiri. Jangan takut, (katanya) mereka gak pernah menyerang manusia kok, malah mereka seakan takut kepada manusia. Ini saya buktikan sendiri, ketika saya mencoba mendekati mereka, Biawak-biawak itu pun bergerak menjauhi saya (padahal sumpah, saat itu Saya sudah mandi). Meskipun begitu mereka jangan diganggu, nanti mereka bisa marah lho.. Terutama jangan mendekati mereka dari belakang kalau tidak ingin terkena sabetan ekor mereka.

Ini nih penduduk asli pulau ini, biawak (Varanus salvator)
Ini nih penduduk asli pulau ini, biawak (Varanus salvator)
Bergaya ala Rob Bredel, ngejar Biawak
Bergaya ala Rob Bredel, ngejar Biawak
Biawak di sini juga suka galau, abis lari ke hutan belok ke pantai
Biawak di sini juga suka galau, abis lari ke hutan belok ke pantai

Seperti yang saya bilang di awal, Pulau Biawak juga memiliki sisi lain. Beberapa sumber di Internet menceritakan bahwa pulau ini memiliki sedikit menyimpan aura mistis. Konon katanya ada juga orang yang datang ke pulau ini untuk ritual pesugihan. Di Pulau ini juga terdapat makam Syeh Syarif Hasan yang katanya Beliau ini adalah orang Cirebon yang menyebarkan agama islam di wilayah jawa barat. Walaupun sedikit mistis, tapi gak usah takut. Selama traveler sekalian tidak memiliki tujuan yang kurang baik dan juga tidak merusak alam, maka yakin sajalah, tidak ada perlu yang dikhawatirkan. Waktu ngetrip ke sana saya juga tidak menemukan hal-hal yang aneh kok.

Jalan menuju ke makam
Jalan menuju ke makam
Ziarah ke Makam Syeh Sarif
Ziarah ke Makam Syeh Sarif Hasan

Ada satu pengalaman menarik ketika saya mengunjungi Pulau Biawak, tepatnya pada saat perjalanan pulang. Di Tengah Laut, kapal kami mengalami sedikit gangguan. Setelah diselediki ternyata baling-baling kapal kami PATAH. Iya benar, bukan hati saya yang patah tapi BALING-BALING KAPALNYA PATAH. Serem gak tuh? haha.. Untungnya awak kapal di kapal kami sigap dan segera mengganti baling-baling yang patah tersebut dengan baling-baling cadangan. Suatu pengalaman yang berharga, bagi saya..

Bagaimana perasaan anda ketika baling-baling kapal yang anda tumpangi patah?
Bagaimana perasaan anda ketika baling-baling kapal yang anda tumpangi patah?

Jika kalian berniat atau berminat mengunjungi Pulau Biawak, Saya punya beberapa tips yang mungkin berguna bagi kalian :

  • Sediakan logistik yang cukup, kalau perlu lebih dari cukup mengingat tidak ada warung di Pulau ini.
  • Bawalah lotion anti nyamuk, menurut pengalaman saya kemaren (mungkin karena waktunya pas musim hujan), nyamuknya lumayan mengganggu, terutama pada malam hari.
  • Listrik di pulau ini berasal dari generator yang biasanya hanya dinyalakan pada malam hari, maka sebaiknya gunakanlah waktu tersebut sebaik-baiknya untuk mengisi energi barang elektronik anda (kalau perlu bawa roller sendiri biar colokannya banyak).

Written by Ridwan Sidik K

Seorang pegawai kantoran yang memiliki hobi jalan-jalan dan menulis dengan skill pas-pasan. Pernah kuliah di Kedokteran Hewan tapi banting setir ke jurusan Akuntansi karena takut gak bisa ngobrol dengan pasien. Merupakan co-founder dari jarangpanas.com

11 thoughts on “Pulau Biawak, antara Eksotis dan Mistis

  1. mudahkan transportasi untuk menuju pulau ini? pengen juga kesana…
    mohon bimbingannya. thanks

    1. Kota Cirebon mudah dijangkau via kereta atau bus mbak, nah nanti dari Cirebon ke Indramayu bisa naik angkutan umum kira-kira 1 jam perjalanan. Untuk menyeberang, konon katanya udah ada kapal cepat untuk menyeberang (cmiiw, soalnya saya belum pernah), Tapi untuk backpacker biasanya menyewa perahu nelayan setempat untuk menyebrang ke Pulau Biawak (kalau saya kemaren dari tempat pelelangan ikan Karangsong)

    1. Kabarnya sih udah ada kapal cepatnya mas, cuman saya juga gtw dipakenya gimana (soalnya di Pulau Biawak kan hampir gak berpenghuni, jadi keknya gak ada kapal yang rutin nyebrang nganterin penduduk). Iyo.. 6 jam lumayan mati gaya sih, bawa kartu aja kalau mau, haha

  2. Sekilas info dr kami kami penduduk asli sini. Alhamdulillah sekarang udh ada penyedia jasa antar jemput menggunakan speed boot, alhasil 1 jam jg nyampe ko. Cuman memang harganya jauh lebih mahal ketimbang naik perahu nelayan, biasanya mereka minta 3jt untuk pulang-pergi dg kapasitas 10 orang. Semoga info ini membantu… Salam kami dr indramayu 😊

  3. Comment:saya nelayan jakarta yang sering bersandar di pulau biawak untuk melepas lelah kami ?, pulau biawak is the best tak kalah dengan raja ampat dari degi air laut nya dan terumbu karang nye

    Sekian…m

Leave a Reply to Leonard Anthony Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *