Sebenarnya sih nama sebenernya Pulau Harapan, tapi berhubung waktu pertama kali saya ke sana barengan sama temen2 yang lagi pada galau berjamaah, termasuk saya yang baru aja putus, (red: maap intronya jadi agak curhat), maka kami lebih mengingatnya sebagai Pulau Berhenti Berharap. Tapi postingan kali ini, saya tidak akan menceritakan pengalaman pertama saya datang ke Pulau ini. Ini merupakan kunjungan saya yang kesekian berhubung Pulau ini merupakan salah satu tempat favorit saya untuk menghilangkan stress karena kerjaan.
Pulau Harapan merupakan salah satu dari sekian banyak pulau di kepulauan seribu yang bisa dijadikan tujuan wisata. Letaknya agak sedikit lebih jauh dari Pulau Pramuka. Pulau ini dapat diakses menggunakan kapal dari Muara Angke dengan tarif ekonomi. Biasanya Kapal akan singgah dulu di Pulau Pramuka baru kemudian melanjutkan perjalanannya ke Pulau Harapan.
Untuk penggemar snorkeling seperti saya, Pulau Harapan merupakan pilihan yang tepat karena memiliki spot-spot snorkeling yang (menurut saya) relatif lebih indah jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di kepulauan seribu. Kata mas-mas pemandunya, waktu yang tepat untuk snorkeling adalah pagi hari dimana airnya masih bening sehingga kita bisa melihat ikan-ikan yang berwarna-warni berenang kesana kemari.
Dan memang benar, snorkeling spot di sini memang keren. Ikannya banyak dan berwarna-warni. Oh iya, jangan lupa membawa roti. Bukan untuk dimakan sendiri, tapi untuk memberi makan ikan. Sambil snorkeling anda bisa menyebarkan roti itu dan ikan-ikan pun akan mendekat. Beli rotinya pas sebelum berangkat snorkeling ya, soalnya di tengah laut gak ada Indomar*t.
Selain snorkeling, kita juga bisa mampir ke penangkaran penyu sisik di Pulau Kelapa Dua yang letaknya dekat dengan Pulau Harapan. Di sini kita diperbolehkan berfoto bersama penyu-penyu lucu itu.
Sewaktu kami berjalan di Pulau Kelapa dua ini, kami melewati rumah-rumah penduduk. Dan di sana saya menemukan pemandangan yang jarang saya lihat dimana ada IKAN HIU yang sepertinya hasil tangkapan penduduk sekitar diletakkan begitu saja di pelataran rumah. Hal ini ironis karena sebelumnya kami mendengarkan penyuluhan tentang pelestarian satwa laut, termasuk Ikan Hiu. :'(
Selain penangkaran penyu sisik, kami juga mampir ke Pulau Kotok.. iya pulau, bukan ta* kotok! Di pulau ini terdapat pusat rehabilitasi elang di pulau seribu. Sayangnya, pengunjung tidak diijinkan masuk lebih dalam ke pulau karena dikhawatirkan akan mengganggu proses rehabilitasi.
Namun , di sini kami masih bisa melihat beberapa ekor burung elang. Seekor elang yang terlihat galau memandang dengan tatapan kosong. Setelah dijelaskan oleh pemandu lokal, ternyata elang itu sudah tidak bisa terbang lagi karena sayapnya telah dipatahkan oleh pemilik yang memeliharinya sebelum diselamatkan. Hiks, kasihan ya..
Saya yang pernah kuliah di kedokteran hewan (walaupun gak lama) tiba-tiba bisa mengerti perasaan lelang tersebut. Ini hubungan khusus di antarakami, yaitu hubungan antara mantan calon dokter dengan pasiennya. Di tengah pandangan kosongnya, elang tersebut bersenandung..
“Ku coba kembangkan sayap patahku
tuk terbang tinggi lagi diangkasa
melayang melukis langit
merangkai awan awan mendung…”